
Karawang, Lintasbatas.news – Kepala Desa (Kades) Mulyajaya, Kecamatan Kutawaluya, Endang mengaku geram lantaran kuota pupuk subsidi untuk petani di desanya hingga kini belum disalurkan oleh pihak distributor.
Pasalnya, pupuk tersebut merupakan salah satu elemen dasar yang paling dibutuhkan oleh para petani, dikarenakan berkat bantuan pupuk yang tercukupi, tanaman padi akan tumbuh subur dengan baik.
“Petani di Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang, khususnya di desa Mulyajaya, khawatir gagal panen lantaran kesulitan mendapatkan pupuk subsidi”, kata Endang.
Mendengar keluhan para petani di desanya, Kades Endang, bersama aparat desa Mulyajaya, mendatangi pihak UPTD Pertanian Kecamatan Kutawaluya, untuk mempertanyakan kendala penyaluran pupuk subsidi itu.
Endang mengaku pupuk menjadi kebutuhan penting dan sangat utama bagi Desa Mulyajaya. Pasalnya kebanyakan warganya berprofesi sebagai petani, yakni petani padi.
Hanya saja, hingga saat ini belum ada jawaban dari pihak UPTD, Seakan kinerja Dinas Pertanian Kabupaten Karawang tidak serius dalam pengawasan, melalui UPTD Kecamatan Kutawaluya.
“Semalam datang pupuk katanya kelebihan dari kecamatan lain, mengapa dari kecamatan lain kelebihan pupuk subsidi, sedangkan kecamatan Kutawaluya kekurangan pupuk subsidi”, kata Endang.
Salah seorang petani di Desa Mulyajaya, Kecamatan Kutawaluya, Darwa mengatakan, setiap kali memasuki musim tanam sangat sulit untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.
“Padahal kami sudah membawa Kartu Keluarga (KK) sebagai syaratnya, namun tetap saja tidak mendapatkan karena sudah habis”, kata Darwa seorang petani di Desa Mulyajaya.
Menurut Pegawai UPTD Pertanian Kecamatan Kutawluya, pupuk subsidi tahun 2022 Kecamatan Kutawaluya, sudah habis kuotanya.
“Kebutuhan pupuk selama 1 tahun yang sudah di buat RDKK tingkat Kecamatan. Untuk kebutuhan yang di ajukan 100 persen, namun di potong 40 persen oleh Kementrian. Jadi hanya dapat 60 persen saja untuk kebutuhan dua musim”, kata Pegawai UPTD Kutawaluya.
Dia juga menjelaskan, kelangkaan pupuk subsidi ini terjadi lantaran permintaan di tingkat petani cukup tinggi. Sementara kuota yang tersedia terbatas.
“Memang masih banyak petani yang belum terbantu. Kita bangun komunikasi fokus sesuai kuota yang ada untuk mempertegas agar tepat waktu pada tingkat penyalur (kios pengecer)”, pungkasnya. (red)