
Karawang, Lintasbatas.news – Menilai aksi tawuran pelajar yang marak di Karawang, saat ini salah satu bukti minimnya fungsi kontrol pihak sekolah. Dunia Pendidikan saat ini sudah mulai melaksanakan Kurikulum Merdeka setelah tiga tahun dilanda wabah covid 19.
Di sekolah ada bagian BK (bimbingan konseling), seharusnya bagian itu tetap interaktif dengan orang tua untuk menanyakan kegiatan siswa di rumah. Tapi, sepertinya itu tidak dilakukan, apalagi dilaporkan ke dinas.
Selain rendahnya kontrol sekolah, sanksi yang tidak tegas diberikan kepada pelajar tawuran menjadi faktor kenakalan terus berulang.
Sebab, masalah tawuran pelajar harus menjadi fokus bersama, baik orang tua, sekolah, mapun Dinas Pendidikan. Jika perlu, sanksi tidak hanya diberikan kepada pelajar, tapi juga kepada kepala sekolahnya.
Lihat saja kasus tawuran pelajar yang terjadi dibeberapa titik di Karawang. Salahsatunya yang terjadi pada Jumat (28/10) di wilayah Cilutung, Cibuaya. Sungguh sangat miris sekali melihat tawuran pelajar SMK Ristek Rengasdengklok dengan SMK Anshor gabungan dengan SMK 1 Jayakerta.
Semua pihak harus dapat menyikapi kasus tawuran pelajar ini dengan sigap untuk mengarahkan para siswa. Pihak keamanan, pihak sekolah, pihak orang tua dan masyarakat sekitar harus dapat membantu dan mencegah tawuran pelajar ini.
Ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemangku kebijakan kurikulum, pendidik, pihak sekolah, aparat keamanan dan masyarakat sekitar untuk mencari solusi tepat menyelesaikan masalah tawuran pelajar ini.
Diharapkan para pakar pendidikan untuk dapat membantu pemerintah untuk mencari solusi tepat hal ini. Semoga dunia pendidikan kita mengalami perubahan yang lebih baik demi perubahan karakter bangsa Indonesia d era digital saat ini. (red)